Makalah Manajemen
Kinerja
Filosopi dan Proses Manajemen
Kinerja: Model dan Perangkat Konseptual

Oleh
Kelompok 3 :
Hairil Sakthi HR E 211 13 307
Herlina Lukman E 211 13 309
Titi Mustagfirah E 211 13 310
Nursafitra E 211 13 311
Muhammad Hidayat DJ E 211 13 312
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji kita panjatkan
kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan kekuatan kepada kami untuk dapat
menyelesaikan halaman demi halaman makalah ini.Shalawat dan salam tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai sang motivator dan inspirator
terhebat sepanjang zaman.
Penulis sangat sadar bahwa setiap pencapaian adalah
buah dari kerja dan sokongan banyak pihak yang begitu luar biasa, oleh
karenanya tanpa mempermasalahkan hierarkinya, maka penulis ingin sekali menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang memiliki andil
terhadap pembuatan makalah ini baik bantuan moriil maupun materiil.
Semoga
makalah yang penulis beri judul “Filosopi
dan Proses Manajemen Kinerja : Model dan Perangkat Konseptual Manajemen Kinerja” ini dapat menjadi suatu kontribusi positif
dan konstruktif bagi para pembaca, serta diharapkan dapat menambah cakrawala
berfikir kita dan tentunya dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis
khususnya.
Salam
Makassar,
20 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................ 2
DAFTAR
ISI.............................................................................................. 3
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 4
B. Rumusan
Masalah.......................................................................... 5
C. Tujuan
Penulisan............................................................................ 5
BAB
II. PEMBAHASAN
A.
Model Model Dalam Manajemen Kinerja
..................................... 6
B. Prinsip Dasar Manajemen Kinerja
................................................. 9
C. Proses Manajemen Kinerja
............................................................ 11
BAB
III. PENUTUP
A Kesimpulan................................................................................ 12
DAFTAR
FUSTAKA............................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini, pegawai bisa
belajar seberapa besar kinerja mereka melalui sarana informasi seperti komentar
baik dari mitra kerja. Namun demikian penilaian kinerja yang mengacu kepada
suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi
sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan perilaku dan hasil termasuk tingkat ketidakhadiran. Fokus penilaian kinerja adalah untuk
mengetahui seberapa produktif seorang karyawan dan apakah ia bisa berkinerja
sama atau lebih efektif di masa yang akan datang.
Menurut definisinya, manajemen kinerja adalah suatu
proses strategis dan terpadu yang menunjang keberhasilan organisasi melalui
pengembangan performansi SDM. Dalam manajemen kinerja kemampuan SDM sebagai
kontributor individu dan bagian dari kelompok dikembangkan melalui proses
bersama antara manajer dan individu yang lebih berdasarkan kesepakatan daripada
instruksi. Kesepakatan ini meliputi tujuan (objectives), persyaratan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan, serta pengembangan kinerja dan
perencanaan pengembangan pribadi.
Manajemen kinerja bertujuan untuk dapat memperkuat
budaya yang berorientasi pada kinerja melalui pengembangan keterampilan,
kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh SDM. Sifatnya yang interaktif
ini akan meningkatkan motivasi dan memberdayakan SDM dan membentuk suatu
kerangka kerja dalam pengembangan kinerja. Manajemen kinerja juga dapat
menggalang partisipasi aktif setiap anggota organisasi untuk mencapai sasaran
organisasi melalui penjabaran sasaran individu maupun kelompok sekaligus
mengembangkan protensinya agar dapat mencapai sasarannya itu. Berdasarkan
tugasnya ini, manajemen kinerja dapat dijadikan landasan bagi promosi, mutasi
dan evaluasi, sekaligus penentuan kompensasi dan penyusunan program pelatihan. Manajemen
kinerja juga dapat dijadikan umpan balik untuk pengembangan karier dan
pengembangan pribadi SDM.
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan
organisasi. Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil kerja/prestasi
organsisasi dan menunjukkan kinerja organisasi. Hasil kerja organisasi
diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan. Aktivitas tersebut dapat
berupa pengelolaan sumberdaya organisasi maupun proses pelaksanaan kerja yang
diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk menjamin agar
aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan upaya
manajemen dalam pelaksanaan aktivitasnya.
Dengan demikian, hakikat manajemen kinerja adalah
bagaimana mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.Manajemen kinerja bukannya memberi
manfaat kepada organisasi saja tetapi juga kepada manajer dan individu. Bagi
organisasi, manfaat manajemen kinerja adalah menyesuaikan tujuan organisasi
dengan tujuan tim dan individu, memperbaiki kinerja , memotivasi pekerja,
meningkatkan komitmen, mendukung nilai-nilai inti, memperbaiki proses pelatihan
dan pengembangan, meningkatkan dasar ketrampilan, mengusahakan perbaikan dan
pengembangan berkelanjutan, mengusahakan basis perencanaan karier,
membantu menahan pekerja terampil agar tidak pindah, mendukung inisiatif
kualitas total dan pelayanan pelanggan, mendukung program perubahan budaya.
Bagi manajer, manfaat manajemen kinerja antara
lain mengupayakan klarifikasi kinerja dan harapan perilaku, menawarkan
peluang menggunakan waktu secara berkualitas, memperbaiki kinerja tim dan
individual, mengusahakan penghargaan nonfinansial pada staf, membantu karyawan
yang kinerjanya rendah, digunakan untuk mengembangkan individu, mendukung
kepemimpinan, proses motivasi dan pengembangan tim, mengusahakan kerangka kerja
untuk meninjau ulang kinerja dan tingkat kompensasi.
Bagi individu, manfaat manajemen kinerja antara lain
dalam bentuk memperjelas peran dan tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil
baik, membantu pengembangan kemampuan dan kinerja, peluang menggunakan waktu
secara berkualitas, dasar objektivitas dan kejujuran untuk mengukur kinerja,
dan memformulasi tujuan dan rencana perbaikan cara bekerja dikelola dan
dijalankan.
Menurut Costello (1994) manajemen kinerja mendukung
tujuan menyeluruh organisasi dengan mengaitkan pekerjaan dari setiap pekerja
dan manajer pada misi keseluruhan dari unit kerjanya. Seberapa baik kita
mengelola kinerja bawahan akan secara langsung mempengaruhi tidak saja kinerja
masing-masing pekerja secara individu dan unit kerjanya, tetapi juga kinerja
seluruh organisasi.
B. Rumusan Masalah
·
Bagaimana Proses Manajemen Kinerja?
·
Apa Saja Model Model dalam Manajemen Kinerja?
·
Bagaimana Perangkat Konseptual Manajemen Kinerja?
C. Tujuan Masalah
·
Mengetahui Proses Manajemen Kinerja!
·
Mengetahui Model Model dalam Manajemen Kineja!
·
Mengetahui Perangkat Konseptual Manajemen Kinerja!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Model dalam
Manajemen Kinerja
Dalam
manajemen kinerja terdapat empat model dasar yang dikemukakan oleh para ahli
yakni :
1. Model
Deming
Manajemen kinerja Deming
menggambarkan keseluruhan proses manajemen kinerja. Jika
terdapat ketidaksesuaian dalam kinerja, maka perlu dilakukan tindakan
untuk memperbaiki kinerja agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai
pada waktunya. Bila hal itu tidak memungkinkan, langkah yang dapat diambil
adalah dengan melakukan penyesuaian kembali terhadap rencana dan tujuan yang
sudah ditetapkan sebelumnya. Demikian seterusnya proses kinerja akan berulang
kembali melalui tahapan-tahapan tersebut di atas. Model proses kinerja Deming
dinamakan Siklus.
2. Model
Torrington Dan Hall
Torrington dan Hall menggambarkan
proses manajemen kinerja dengan merumuskan terlebih dahulu harapan terhadap
kinerja atau hasil yang diharapkan dari suatu kinerja. Kemudian, ditentukan
dukungan yang diberikan terhadap kinerja untuk mencapai tujuan. Sementara
pelaksanaan kinerja berlangsung dilakukan peninjauan kembali (review) dan
penilaian kinerja. Langkah selanjutnya melakukan pengelolaan terhadap standar
kinerja. Strandar kinerja harus dijaga agar tujuan yang diharapkan dapat
dicapai. Proses manajemen kinerja Torrington dan Hall dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
3. Model
Costello
Siklus dimulai dengan melakukan
persiapan perencanaan sehingga dapat dibuat suatu rencana dalam bentuk rencana
kinerja dan pengembangan. Untuk meningkatkan kinerja,
diberikan coaching pada SDM dan dilakukan pengukuran kemajuan
kinerja. Peninjauan kembali selalu dilakukan terhadap kemajuan pekerjaan dan
bila diperlukan dilakukan perubahan rencana. Coaching dan review
dilakukan secara berkala dan akhir tahun dilakukan penilaian kinerja tahunan
dan dipergunakan untuk meninjau kembali pengembangan. Akhirnya, hasil penilaian
tersebut digunakan untuk mempertimbangkan penggajian dan menjadi umpan
balik untuk rencana tahun berikutnya.
4. Model
Armstrong Dan Baron
Proses manajemen kinerja dilihat
sebagai suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan secara berurutan agar dapat
mencapai hasil yang diharapkan. Urutan manajemen kinerja oleh Armstrong dan
Baron digambarkan sebagai berikut:
a. Misi
Organisasi dan Tujuan Strategis; merupakan titik awal proses manajemen kinerja.
Misi dan tujuan strategis dijadikan acuan bagi tingkatan manajemen di bawahnya.
Perumusan misi dan tujuan strategis organisasi ditujukan untuk memastikan bahwa
setiap kegiatan selanjutnya harus sejalan dengan tujuan tersebut dan diharapkan
dapat memberikan kontribusi pada prestasi.
b. Rencana
dan Tujuan Bisnis dan Departemen; merupakan penjabaran dari misi organisasi dan
tujuan strategis. Pada kasus tertentu rencana dan tujuan bisnis ditetapkan
lebih dahualu, kemudian dijabarkan dan dibebankan pada departemen yang
mendukungnya. Sebaliknya, dapat juga terjadi bahwa kemampuan departemen menjadi
faktor pembatas dalam menentapkan rencana dan tujuan bisnis. Bila hal ini
terjadi, tujuan departemen ditentukan lebih dahulu.
c. Kesepakatan
Kinerja (Performance Contract/Kontrak Kinerja) dan Pengembangan; merupakan
kesepakatan yang dicapai antara individu dengan manajernya tentang sasaran dan
akuntabilitasnya, biasanya dicapai pada rapat formal. Proses kesepakatan
kinerja menjadi mudah jika kedua pihak menyiapkan pertemuan dengan mengkaji
ulang progres terhadap sasaran yang disetujui. Kontrak kinerja merupakan dasar
untuk mempertimbangkan rencana yang harus dibuat untuk memperbaiki kinerja.
Kontrak kinerja juga menjadi dasar dalam melakukan penilaian terhadap kinerja
bawahan.
d. Rencana
Kinerja dan Pengembangan; merupakan eksplorasi bersama tentang apa yang perlu
dilakukan dan diketahui individu untuk memperbaiki kinerja dan mengembangkan
ketrampilan dan kompetensinya dan bagaimana manajer dapat memberikan dukungan
dan bimbingan yang diperlukan.
e. Tindakan
Kerja dan Pengembangan; manajemen kinerja membantu orang untuk siap bertindak
sehingga mereka dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan.
f. Monitoring
dan Umpan Balik berkelanjutan; konsep terpenting dan sering berulang adalah
proses mengelola dan mengembangkan standar kinerja. Dalama hal ini dibutuhkan
sikap keterbukaan, kejujuran, bersifat positif dan terjadinya komunikasi dua
arah antara supervisor dan pekerja sepanjang tahun.
g. Review
Formal dan Umpan Balik; dalam melakukan review, pimpinan memberi kesempatan
kepada bawahan untuk memberi komentar tentang kepemimpinan. Review mencakup
tentang: pencapaian sasaran, tingkat kompetensi yang dicapai, kontribusi
terhadap nilai-nilai utama, pencapaian pelaksanaan rencana, pengembangan
pribadi, pertimbangan tentang masa depan, perasaan dan aspirasi tentang
pekerjaan, dan komentar terhadap dukungan manajer. Hasil review menjadi umpan
balik bagi kontrak kinerja.
h. Penilaian
Kinerja Menyeluruh; penilaian dilakukan dengan melihat hasil atau prestasi
kerja. Tingkatan penilaian dapat bervariasi tergantung pada jenis
organisasi dan pekerjaan yang dilakukan
B. Prinsip Dasar Manajemen Kinerja
Terdapat 10 prinsip dasar
manajemen kinerja yang dapat menjadi pondasi yang kuat bagi kinerja organisasi,
antara lain:
1. Menghargai
Kejujuran
2. Memberikan
Pelayanan
3. Tanggung
jawab
4. Dirasakan
seperti bermain
5. Adanya
perasaan kasihan
6. Adanya
perumusan tujuan
7. Terdapat
konsensus dan kerja sama
8. Sifatnya
berkelanjutan
9. Terjadi
komunikasi dua arah
10. Mendapatkan umpan balik
Selain Prinsip Dasar Manajemen Kinerja terdapat pula Prinsip Dasar
Penerapan Manajemen Kinerja. Manajemen kinerja yang baik untuk menuju
organisasi berkinerja tinggi, harus mengikuti kaidah-kaidah berikut ini.
·
Terdapat
suatu indikator kinerja (key performance indicator)
Indikator ini
harus terukur secara kuantitatif, serta jelas batas waktu untuk
mencapainya dalam menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh organisasi
tersebut sehingga nanti pada saat evaluasi kita bisa mengetahui, apakah kinerja
sudah mencapai target atau belum. Jika pada organisasi bisnis atau
komersial, maka indikator kinerjanya adalah berbagai aspek finansial seperti
laba, pertumbuhan penjualan, lalu indikator pemasaran seperti jumlah pelanggan,
dan sebagainya. Michael Porter, seorang profesor
dari Harvard BusinessSchool mengungkapkan bahwa kita tidak bisa
memanajemeni sesuatu yang tidak dapat kita ukur. Jadi, ukuran kuantitatif itu
penting. Organisasi yang tidak memiliki indikator kinerja, biasanya tidak bisa
diharapkan mampu mencapai kinerja yang memuaskan para pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
·
Adanya
kontrak kinerja (performance contract)
Semua ukuran kinerja tersebut
biasanya dituangkan ke dalam suatu bentuk kesepakatan antara atasan dan bawahan
yang sering disebut kontrak kinerja. Dengan adanya kontrak kinerja,
maka atasan bisa menilai apakah si bawahan sudah mencapai kinerja yang diinginkan
atau belum. Kontrak kinerja ini berisikan suatu kesepakatan antara atasan dan
bawahan mengenai indikator kinerja yang ingin dicapai, baik sasaran
pancapaiannya maupun jangka waktu pencapaiannya. Ada 2 (dua) hal yang
perlu dicantumkan dalam kontrak kinerja, yaitu sasaran akhir yang ingin dicapai
(lag) serta program kerja untuk mencapainya (lead). Dua haal ini bertujuan
agar pada saat evaluasi nanti berbagai pihak bisa bersikap fair,
tidak melihat hasil akhir semata, melainkan juga proses kerjanya. Adakalanya seorang
bawahan belum mencapai semua hasil akhir yang ditargetkan, tetapi dia sudah
melaksanakan semua program kerja yang sudah digariskan. Tentu saja atasan tetap
harus memberikan reward untuk dedikasinya, walaupun sasaran akhir belum
tercapai. Ini juga bisa menjadi basis untuk perbaikan di masa yang akan datang
(continuous improvements).
·
Terdapat
suatu proses siklus manajemen kinerja
Proses ini haruslah yang baku dan
dipatuhi untuk dikerjakan bersama, yaitu perencanaan kinerja berupa penetapan
indikator kinerja, lengkap dengan berbagai strategi dan program kerja yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang diinginkan, Pelaksanaan, di mana
organisasi bergerak sesuai dengan rencana yang telah dibuat, jika ada perubahan
akibat adanya perkembangan baru, maka lakukanlah perubahan tersebut, dan
terakhir evaluasi kinerja, yaitu menganalisis apakah realisasi kinerja sesuai
dengan rencana yang sudah ditetapkan dulu ? Semuanya harus serba
kuantitatif.
·
Adanya
suatu sistem reward dan punishment
Sistem
ini bersifat konstruktif dan konsisten dijalankan. Konsep reward ini tidak
melulu bersifat finansial, melainkan juga dalam bentuk lain, seperti promosi,
kesempatan pendidikan, dan sebagainya. Reward dan punishment diberikan setelah
melihat hasil realisasi kinerja, apakah sesuai dengan indikator kinerja yang
telah direncanakan atau belum. Tentu saja ada suatu performance appraisal atau
penilaian kinerja terlebih dahulu sebelum reward dan punishment diberikan.
Hati-hati dengan pemberian punishment, karena dalam banyak hal, pembinaan jauh
lebih bermanfaat.
·
Terdapat
suatu mekanisme performance appraisal atau penilaian kinerja yang relatif
obyektif
Konsep
yang sangat terkenal adalah penilaian 360 derajat, di mana penilaian kinerja
dilakukan oleh atasan, rekan sekerja, pengguna jasa, serta bawahan. Pada
prinsipnya manusia itu berpikir secara subyektif, tetapi berpikir bersama mampu
mengubah sikap subyektif itu menjadi sangat mendekati obyektif. Dengan
demikian, ternyata berpikir bersama jauh lebih obyektif daripada berpikir
sendiri-sendiri. Ini adalah semangat yang ingin dibawa oleh konsep penilaian
360 derajat. Walaupun banyak kritik yang diberikan terhadap konsep ini, tetapi
cukup banyak yang menggunakannya di berbagai organisasi.
·
Terdapat
suatu gaya kepemimpinan (leadership style) yang mengarah kepada pembentukan
organisasi berkinerja tinggi.
Inti dari kepemimpinan seperti
ini adalah adanya suatu proses coaching, counseling, dan empowerment kepada
para bawahan atau sumber daya manusia di dalam organisasi. Satu aspek lain yang
sangat penting dalam gaya kepemimpinan adalah, sikap followership, atau menjadi
pengikut. Bayangkan jika semua orang menjadi komandan di dalam organisasi,
lantas siapakah yang menjadi pelaksana ? Bukannya kinerja tinggi yang muncul,
melainkan kekacauan di dalam organsiasi (chaos). Sejatinya, pada kondisi
tertentu seseorang harus memiliki jiwa kepemimpinan, tetapi pada situasi yang
lain, dia juga harus memahami bahwa dia juga merupakan bagian dari sebuah
sistem organisasi yang lebih besar, yang harus dia ikuti.
·
Menerapkan
konsep manajemen SDM berbasis kompetensi.
Umumnya organisasi berkinerja
tinggi memiliki kamus kompetensi dan menerapkan kompetensi tersebut kepada
hal-hal penting, seperti manajemen kinerja, rekruitmen dan seleksi, pendidikan
dan pengembangan, dan promosi. Seperti yang diuraikan pada awal makalah ini,
kompetensi tersebut setidaknya mencakup 3 (tiga) hal, yaitu kompetensi inti
organsiasi, kompetensi perilaku, serta kompetensi teknikal yang spesifik
terhadap pekerjaan. Jika kompetensi ini sudah dibakukan di dalam organisasi,
maka kegiatan manajemen SDM akan menjadi lebih transparan, dan pimpinan
organisasi juga dengan mudah mengetahui kompetensi apa saja yang perlu
diperbaiki untuk membawa organisasi menjadi berkinerja tinggi.
C.
Proses Manajemen Kinerja
Dalam Manajemen Berbasis kinerja
yang melihat secara langsung kinerja organisasi secara umum dan kinerja anggota
secara khusus yang dimaksudkan untuk dapat mengetahui kuaitas dari pelayanan
suatu organisasi untuk itu diperlukan untuk mengetahui proses manajemen kinerja
yakni sebagai berikut :
1. Masukan
Manajemen kinerja membutuhkan
berbagai masukan yang harus dikelola agar dapat saling bersinergi dalam
mencapai tujuan organisasi. Masukan tersebut berupa sumberdaya manusia (SDM), modal,
material, peralatan, dan teknologi serta metode dan mekanisme
kerja. Manajemen Kinerja memerlukan masukan berupa tersedianya kapabilitas
SDM, baik sebaga perorangan maupun tim. Kapabilitas SDM diwujudkan dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan dan kompetensi. SDM yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses kinerja maupun hasil
kerja. Sedangkan kompetensi diperlukan agar SDM mempunyai kemampuan yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi sehingga dapat memberikan kinerja
terbaiknya.
2. Proses
Manajemen kinerja diawali dengan
perencanaan tentang bagaimana merencanakan tujuan yang diharapkan di masa yang
akan datang, dan menyusun semua sumberdaya dan kegiatan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan. Pelaksanaan rencana dimonitoring dan diukur kemajuannya
dalam mencapai tujuan. Penilaian dan peninjauan kembali dilakukan untuk
mengoreksi dan menentukan langkah-langkah yang diperlukan bila terdapat deviasi
terhadap rencana. Manajemen kinerja menjalin terjadinya saling menghargai
kepentingan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses kinerja. Prosedur
dalam manajemen kinerja dijalankan secara jujur untuk membatasi dampak
meerugikan pada individu. Proses manajemen kinerja dijalankan secara transparan
terutama terhadap orang yang terpengaruh oleh keputusan yang timbul dan orang
mendapatkan kesempatan melalui dasar dibuatnya suatu keputusan.
3. Keluaran
Keluaran merupakan hasil langsung
dari kinerja organisasi, baik dalam bentuk barang maupun jasa. Hasil kerja yang
dicapai organisasi harus dibandingkan dengan tujuan yang diharapkan. Keluaran
dapat lebih besar atau lebih rendah dari tujuan yang telah ditetapkan. Bila
terdapat deviasi akan menjadi umpan balik dalam perencanaan tujuan yang akan
datang dan impelementasi kinerja yang sudah dilakukan.
4. Manfaat
Selain memperhatikan keluaran,
manajemen kinerja juga memperhatikan manfaat dari hasil kerja. Dampak hasil
kerja dapat bersifat positif bagi organisasi, misalnya karena keberhasilan
seseorang mewujudkan prestasinya berdampak meningkatkan motivasi sehingga
semakin meningkatkan kinerja organisasi. Tetapi dampak keberhasilan sesorang
dapat bersifat negatif, jika karena keberhasilannya ia menjadi sombong yang
akan membuat suasana kerja menjadi tidak kondusif.
BAB III
KESIMPULAN
Pada dasarnya manajemen kinerja
merupakan gaya manajemen dalam mengelola sumberdaya yang berorientasi pada
kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan
dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai
kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi. adalah untuk meningkatkan
kemampuan dan mendorong karyawan agar bekerja dengan penuh semangat, efektif,
efisien, dan produktif serta sesuai dengan proses kerja yang benar sehingga
diperoleh hasil kerja yang optimal. Dengan demikian, hakikat manajemen kinerja
adalah bagaimana mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen kinerja bukannya
memberi manfaat kepada organisasi saja tetapi juga kepada manajer dan individu.
Bagi organisasi, manfaat manajemen kinerja adalah menyesuaikan tujuan
organisasi dengan tujuan tim dan individu, memperbaiki kinerja , memotivasi
pekerja, meningkatkan komitmen, mendukung nilai-nilai inti, memperbaiki proses
pelatihan dan pengembangan, meningkatkan dasar ketrampilan, mengusahakan
perbaikan dan pengembangan berkelanjutan, mengusahakan basis perencanaan
karier, membantu menahan pekerja terampil agar tidak pindah, mendukung
inisiatif kualitas total dan pelayanan pelanggan, mendukung program perubahan
budaya.
DAFTAR
PUSTAKA
·
dwiiba.wordpress.com,
di Search melalui Google.com Pada tanggal 19 Maret 2016.
·
stiebanten.blogspot.co.id, di Search
melalui Google.com Pada tanggal 19 Maret 2016
·
Kokikomi.blogspot.com, di Search melalui Google.com Pada tanggal 19 Maret
2016
·
6110111011-agilips.blogspot.com, di Search melalui Google.com Pada tanggal 19 Maret
2016
·
No comments:
Post a Comment