Sumber : Koran SINDO Online. Tanggal 12 Januari 2016

Implementasi kebijakan mengenai pelegalan balapan liar di Provinsi DKI Jakarta adalah suatu hal yang baru dan mencengankan bagi kebanyakan orang, oleh karena ini penulis merasa perlu mengkaji dan menganalisis dampak serta keberhasilan kebijakan tersebut. Dalam hal ini, dalam kajian ini model yang digunakan untuk menganalisis kebijakan tersebut adalah model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh George Edward III. Edward dalam modelnya mengemukakan ada 4 ( empat ) aspek penting agar implementasi kebijakan bisa terlaksana dengan baik yakni :
-
Komunikasi -
Sumberdaya
-
Struktur
birokrasi - Disposisi
Jadi untuk mengetahui keberhasilan dari
kebijakan tersebut maka keempat aspek tersebut haru dikaji dan dianalisis
dengan baik.
·
Komunikasi
Sebagaimana diketahui komunikasi
merupakan salah-satu variabel penting yang mempengaruhi implementasi kebijakan
publik, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
implementasi kebijakan publik. Dalam penyampaian informasi dan sosialisasi kebijakan
pelegalan balapan liar yang dibuat oleh Polda Metro Jaya yang didukung oleh
Pemprov DKI Jakarta. Melalui kerjasama kedua lembaga ini komunikasi dan
sosialisasi mengenai kebijakan tersebut dapat berjalan dengan baik. Proses
komunikasi dan sosialisasi di lakukan melalui media seperti Koran dan melalui
Internet.
·
Sumberdaya
Berbicara mengenai sumberdaya yang dimiliki terdapat
aspek sumberdaya manusia dalam hal ini yang akan menerapkan kebijakan tersebut
dan sumberdaya manusia yang menjadi target dari kebijakan tersebut. Mengenai
sumberdaya implementor dapat dikatakan memadai karena Polda Metro Jaya bekerja
sama dengan Pemprov DKI Jakarta, kemudian disediakannya tempat khusus dan waktu
khusus seperti balapan liar hanya boleh dilakukan di TMII, jalan Asia Afrika,
jalan Lenteng agung, Kemayoran dan Jalan Benyamin Sueb.
·
Struktur
Birokrasi
Dalam hal ini implementasi kebijakan ini dilakukan
oleh dua pihak yakni kepolisian dan Pemprov DKI Jakarta sebagai pihak
implementor kebijakan, tapi kepolisian meiliki peranan penting dalam
menerapakan kebijakan tersebut. Kemudian Pemprov DKI Jakarta berkordinasi
dengan IMI ( IKATAN MOTOR INDONESIA ), dalam hal ini Kepolisian Polda Metro
Jaya serta Pemprov DKI Jakarta sebagai lembaga yang mewadahi pelegalan balapan
lair tersebut dengan harapan dapat menciptakan bibit bibit unggul dalam
balapan.
·
Disposisi
Dilihat dari aspek disposisi, pelegalan balapan liar
ini mendapat rensop yang hangat oleh masyrakat, terutama oleh pelaku balapan
liar, pecandu balapan liar, dan pemilik usaha bengkel otomotif khusus balapan.
Selaian itu dukungan juga di berikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta
IMI ( IKATAN MOTOR INDONESIA ) .
Sebagai kesimpulan, ketika kita menilik
keberhasilan implementasi Kebijakan Pelegalan balapan liar di Provinsi DKI
Jakarta, saya dapat menyimpulkan bahwa implemantasi kebijakan tersebut bisa
dikatakan berhasil terlaksana dengan baik hal ini didasari oleh terpenuhinya ke
4 ( empat ) aspek penting implementasi kebijakan menurut model George Edward
III. Implementasi ini dapat terlaksana dengan baik melalui sinergitas antara
Polda Metro jaya, Pemprov DKI Jakarta, IMI ( IKATAN MOTOR INDONESIA ) serta
masyrakat. Dilihat dari aktor aktor yang berperan dalam implemantasi kebijakan
ini dilihat dari sudut pandang administrasi publik yakni menggunakan paradigma
Good Governance karena terdapat 3 aktor yang berperan penting yakni pemerintah
yang diwakili oleh Polda Metro jaya dan Pemprov DKI Jakarta, Swasta/LSM yang
diwakili oleh IMI ( IKATAN MOTOR INDONESIA ), serta masyarakat secara khusus
seperti pelaku balap liar, pecandu balapan liar dan pemilik usaha benkel
otomotif khusus balap.
No comments:
Post a Comment