Manajemen
Perubahan
Perubahan merupkan sesuatu yang
pasti terjadi sehingga manusia harus berubah. perubahan perubahan itu meliputi
perilaku, sistem nilai dan penilaian, perubahan metode dan cara kerja,
peralatan cara berfikir dan perubahan besikap. Dalam hal ini terdapat 2 cara
terjadinya perubahan secara evolusioner dan revolusioner. Sebagaimana diketahui
bersama bahwa tidak semua perubahan mengarah kearah yang baik, tetapi perlu
diupayakan perubahan yang dilakukan diarahkan kepada hala hal yang lebiha dari
sebelumnya untuk itu perubahan harus bermakna dan beralih kepada yang lebih
baik, bermutu dan berkualitas.
Dalam
memenej perubahan terdapat beberapa kesalahan kesalahan yang sering dilakukan
menejer yakni : cepat bertindak tanpa sosialisasi perubahan yang matang (
Faster is Slower ), kegagalan membentuk kelompok inti dengan satu mimpi besar,
ketika menghadapi hambatan akan mencari kambing hitam, bukan apa yang salah dan
bagaimana memperbaikinya, cepat puas, gagal menciptakan keberhasilan jangka
pendek yang terukur yang menggelindingi menuju visi organisasi, gagal
mengakarkan perubahan pada sistem nilai yaitu membentuk kebudayaan organisasi
yang baru.
Jenis
jenis perubahan terdiri dari :
·
Reorganisasi
·
Restrukturisasi
·
Marger
·
Pengurangan
jabatan dan Mutasi
·
Pemindahan
lokasi kerja
·
Mekanisme
·
Teknologi
Sasaran manajemen perubahan
yaitum mengupayakan agar proses transpormasi tersebut berlangsung dalam waktu
yang relatif cepat dengan kesulitan kesulitan seminimal mungkin.perubahan
timbul karena kegiatan restrukturisasi, reenngeinering, inovasi.
Robbins
(2003) menilai terdapat enam faktor resistensi organisasional, yaitu sebagai
berikut:
a.
Structural Inertia (Kelembaman Struktural)
Organisasi memiliki mekanisme di dalamnya yang menghasilkan stabilitas. Proses seleksi, pelatihan, teknik sosialisasi dan formalisasi menyediakan job description, aturan dan prosedur yang harus diikuti. Orang dalam organisasi dipilih yang tepat, dibentuk dan diarahkan berperilaku dalam cara tertentu. JIka organisasi dihadapkan pada perubahan, struktur organisasi bertindak sebagai pengimbang terhadap kelanjutan stabilitas.
Organisasi memiliki mekanisme di dalamnya yang menghasilkan stabilitas. Proses seleksi, pelatihan, teknik sosialisasi dan formalisasi menyediakan job description, aturan dan prosedur yang harus diikuti. Orang dalam organisasi dipilih yang tepat, dibentuk dan diarahkan berperilaku dalam cara tertentu. JIka organisasi dihadapkan pada perubahan, struktur organisasi bertindak sebagai pengimbang terhadap kelanjutan stabilitas.
b.
Limited Focus of Change (Fokus terbatas atas Perubahan)
Organisasi dibuat dari sejumlah sub sistem yang saling bergantung. Kita tidak bisa mengubah yang satu tanpa memengaruhi lainnya. Jika mengubah proses teknologi tanpa mengubah struktur organisasi yang tepat secara serempak, perubahan teknologi tidak akan diterima.
Organisasi dibuat dari sejumlah sub sistem yang saling bergantung. Kita tidak bisa mengubah yang satu tanpa memengaruhi lainnya. Jika mengubah proses teknologi tanpa mengubah struktur organisasi yang tepat secara serempak, perubahan teknologi tidak akan diterima.
c. Group
Inertia (Kelembaman Kelompok)
Walaupun individual ingin mengubah perilakunya, norma kelompok dapat menjadi hambatan, norma kelompok menjadi sumber tantangan. Pada dasarnya suatu kelompok dapat memiliki kekuasaan tertentu yang dapat hilang apabila terjadi.
Walaupun individual ingin mengubah perilakunya, norma kelompok dapat menjadi hambatan, norma kelompok menjadi sumber tantangan. Pada dasarnya suatu kelompok dapat memiliki kekuasaan tertentu yang dapat hilang apabila terjadi.
d.
Threat to Expertise (Ancaman terhadap Keahlian)
Perubahan dalam pola organisasi juga merupakan ancaman terhadap kelompok khusus yang memiliki keahlian. Keahlian yang diperlukan mungkin berbeda atau bisa juga yang tadinya merupakan kelompok ahli tersentralisasi menjadi terdesentralisasi. Tenaga ahli merasakan kekhawatiran akan tersingkirkan karena adanya perubahan.
Perubahan dalam pola organisasi juga merupakan ancaman terhadap kelompok khusus yang memiliki keahlian. Keahlian yang diperlukan mungkin berbeda atau bisa juga yang tadinya merupakan kelompok ahli tersentralisasi menjadi terdesentralisasi. Tenaga ahli merasakan kekhawatiran akan tersingkirkan karena adanya perubahan.
e.
Threat to Established Power Relationships (Ancaman terhadap Hubungan Kekuasaan
yang Sudah Ada)
Setiap redistribusi kekuasaan pengambilan keputusan dapat memengaruhi hubungan kekuasaan yang sudah lama terbentuk. Perkenalan pengambilan keputusan partisipasi atau self managed work teams merupakan jenis perubahan yang sering dianggap sebagai ancaman oleh supervisor atau manajer menengah. Mereka yang selama ini merasa mempunyai kewenangan pengambilan keputusan terancam kehilangan kewenangan tersebut.
Setiap redistribusi kekuasaan pengambilan keputusan dapat memengaruhi hubungan kekuasaan yang sudah lama terbentuk. Perkenalan pengambilan keputusan partisipasi atau self managed work teams merupakan jenis perubahan yang sering dianggap sebagai ancaman oleh supervisor atau manajer menengah. Mereka yang selama ini merasa mempunyai kewenangan pengambilan keputusan terancam kehilangan kewenangan tersebut.
f.
Threat to Established Resources Allocations (Ancaman terhadap Alokasi Sumber
Daya yang Sudah Ada)
Kelompok di dalam organisasi yang mengontrol sumber daya sering melihat perubahan sebagai ancaman. Mereka yang memperoleh manfaat dari alokasi sumber daya saat ini sering merasa diancam oleh perubahan yang mungkin memengaruhi alokasi sumber daya yang biasa mereka terima di masa yang akan datang.
Kelompok di dalam organisasi yang mengontrol sumber daya sering melihat perubahan sebagai ancaman. Mereka yang memperoleh manfaat dari alokasi sumber daya saat ini sering merasa diancam oleh perubahan yang mungkin memengaruhi alokasi sumber daya yang biasa mereka terima di masa yang akan datang.
Bila
perubahan terjadi, para manajer dan karyawan bereaksi baik secara positif
maupun negatif. Bila terjadi perubahan manajer dan karyawan cenderung mendukung
perubahan bila diarahkan pada penyebab nyata suatu masalah dan mereka tidak
dirugikan. Bisa juga mereka bersikap netral.
Perubahan
Organisasi merupakan modifikasi substantif pada beberapa bagian organisasi.
Perubahan itu dapat melibatkan hampir semua aspek dari organisasi, seperti
jadwal pekerjaan, dasar untuk departementalisasi, rentang manajemen,
mesin-mesin, rancangan organisasi, dan sebagainya.
Alasan mendasar organisasi memerlukan perubahan adalah karena sesuatu yang
relevan bagi organisasi telah berubah, atau akan berubah. Oleh sebab itu,
organisasi tidak punya pilihan lain kecuali berubah juga. Perubahan ini terjadi
karena adanya dorongan untuk berubah, yang berasal dari:
1.
Dorongan Eksternal
Dorongan
eksternal yang mendorong organisasi untuk mengadakan perubahan berasal dari
lingkungan umum organisasi. Adanya aturan baru dalam produksi dan persaingan,
politik, hukum baru, keputusan pengadilan, dan sebagainya akan mempengaruhi organisasi.
Disamping itu, berbagai dimensi seperti teknologi, ekonomi dan sosiokultural
juga mempengaruhi organisasi untuk melakukan perubahan.
2.
Dorongan Internal
Pada
dasarnya dorongan internal berasal dari dalam organisasi itu sendiri. Adanya
revisi strategi organisasi oleh manajemen puncak, akan menghasilkan perubahan
organisasi. Dorongan internal lainnya mungkin direfleksikan oleh dorongan
eksternal. Misalnya, sikap pekerja terhadap pekerjaannya akan bergeser, seiring
bergesernya nilai sosiokultural. Akibatnya mereka menuntut suatu perubahan
dalam jam kerja, atau perubahan kondisi kerja.
Dua
Jenis Perubahan
Secara
umum ada dua jenis perubahan dalam organisasi.
1.
Perubahan Terencana
Perubahan
terencana adalah perubahan yang dirancang dan diimplementasikan secara
berurutan dan tepat waktu sebagai antisipasi dari peristiwa di masa mendatang.
2.
Perubahan Reaktif
Perubahan
reaktif adalah suatu respon bertahap terhadap peristiwa ketika muncul.
Langkah-langkah
komprehensif dalam proses perubahan
Ada
tujuh langkah komprehensif yang ditempuh dalam proses perubahan organisasi.
Langkah-langkah tersebut yaitu:
Mengenali
kebutuhan akan perubahan
Menetapkan
tujuan perubahan
Mendiagnosis
apa yang menyebabkan perlunya dilakukan perubahan
Memilih
teknik perubahan yang sesuai untuk mencapai tujuan
Merencanakan
implementasi untuk perubahan
Mengimplementasikan
perencanaan perubahan
Mengevaluasi
perubahan dan tindak lanjut
Penolakan
terhadap Perubahan
Sebuah
manajemen perubahan yang efektif harus mampu memahami penolakan yang sering
kali mengikuti perubahan. Ada beberapa hal yang menjadi alasan terjadinya
penolakan terhadap perubahan organisasi, yaitu:
Ketidakpastian
Kepentingan
pribadi yang terancam
Perbedaan
persepsi
Rasa
kehilangan
Reaksi-reaksi
terhadap perubahan adalah sebagai berikut :
1. Orang
mungkin menyangkal bahwa perubahan sering terjadi. Bila ini
terjadi organisasi kemungkinan akan terus
kehilangan efektivitasnya.
2. Orang
mungkin mengabaikan perubahan. Manajer menangguhkan keputusan dengan harapan
bahwa masalah yang terjadi akan hilang dengan sendirinya.
3.
Orang mungkin akan menolak atau mungkin menentang perubahan. Karena berbagai
alasan manajer dan karyawan
4. Orang
mungkin menerima perubahan dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
5. Orang
mungkin mengantisipasi perubahan dan merencanakannya, seperti yang banyak
dilakukan perusahaan-perusahaan progresif
Mengatasi
Penolakan terhadap Perubahan
Untuk
mengatasi penolakan terhadap perubahan yang terjadi dalam organisasi,
setidaknya ada beberapa teknik yang bisa diterapkan, yaitu:
Partisipasi
Pendidikan
dan komunikasi
Fasilitasi
Analisis
bidang kekuatan
Bidang-bidang
Perubahan Organisasi
Perubahan
yang terjadi dalam organisasi, setidaknya meliputi tiga bidang umum, yaitu:
Struktur
dan rancangan organisasi. Yang termasuk ke dalam bidang ini adalah rancangan
pekerjaan, departementalisasi, hubungan pelaporan, distribusi otoritas,
mekanisme koordinasi, struktur lini-staf, rancangan keseluruhan, budaya,
manajemen sumber daya manusia
Teknologi
dan Operasi, meliputi teknologi informasi, peralatan, proses pekerjaan, urutan
pekerjaan, sistem pengendalian
Orang.
Dalam hal ini yang dipengaruhi adalah kemampuan dan keterampilan, kinerja,
persepsi, ekspektasi, sikap dan nilai.
Ada
tiga sumber penolakan terhadap perubahan yaitu :
1.
Ketidak pastian tentang akibat dan pengaruh perubahan.
2.
Ketidak pastian untuk melepaskan keuntungan-keuntungan yang ada.
3.
Pengetahuan akan kelemahan-kelemahan dalam perubahan yang diusulkan.
Alasan
Utama Resistensi terhadap Perubahan
Resistensi
atau penolakan pada perubahan pada umumnya akan terjadi ketika ada sesuatu yang
mengancam ‘nilai’ seseorang atau individu. Ancaman tersebut bisa saja riel atau
sebenarnya hanya suatu persepsi saja. Dengan kata lain, ancaman ini bisa saja
muncul dari pemahaman yang memang benar atas perubahan yang terjadi atau
sebaliknya karena ketidakpahaman atas perubahan yang terjadi.
Berikut
adalah beberapa alasan utama orang melakukan perlawanan terhadap perubahan
(dari berbagai sumber):
§ Takut
terhadap kemungkinan yang tidak diketahui.
Perubahan
berimplikasi pada ketidakpastian, dan ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak
memberikan kenyamanan. Ketidakpastian berarti keraguan atau ketidaktahuan
terhadap apa yang mungkin akan terjadi. Ini dapat menimbulkan rasa takut, dan
menolak perubahan menjadi tindakan yang dapat mengurangi rasa takut itu.
§ Takut
akan kegagalan.
Perubahan
mungkin menuntut keterampilan dan kemampuan diluar kapabilitasnya. Resistensi
terhadap pendekatan/strategi baru kemudian muncul karena orang mengetahui
bagaimana operasionalisasinya, sementara mereka merasa tidak memiliki
keterampilan baru atau perilaku baru yang dituntut.
§ Tidak
sepakat dengan kebutuhan akan perubahan.
Anggota
organisasi merasa bahwa langkah yang baru adalah langkah yang salah dan tidak
masuk akal.
§ Takut
kehilangan sesuatu yang bernilai baginya.
Setiap
anggota organisasi tentu ingin mengetahui bagaimana dampak perubahan pada
mereka. Jika merasa yakin bahwa mereka akan kehilangan sesuatu sebagai hasil
dari penerapan perubahan, maka mereka akan menolak.
§ Enggan
meninggalkan ‘wilayah’ yang sudah nyaman.
Seringkali
orang merasa takut menuruti ‘keinginan’ melakukan hal baru karena akan memaksa
mereka keluar dari wilayah yang selama ini sudah nyaman. Melakukan hal baru
juga mengandung sejumlah risiko tentunya.
§ Keyakinan
yang salah.
Tidak
sedikit orang merasa yakin bahwa segala sesuatu akan selesai dengan sendirinya,
suatu saat, tanpa melakukan apapun. Sebenarnya hal demikian sekadar untuk
memudahkan diri sendiri dan menghindar dari risiko. Itu tindakan yang sungguh
bodoh!
§ Ketidakpahaman
dan ketiadaan kepercayaan.
Anggota
organisasi menolak perubahan ketika mereka tidak memahami implikasinya dan
menganggap bahwa perubahan bisa jadi hanya akan lebih banyak membebani daripada
apa yang dapat diperoleh. Situasi demikian terjadi apabila tidak ada
kepercayaan antara pihak yang mengusulkan perubahan dengan para anggota
organisasi.
§ Ketidakberdayaan
(inertia).
Setiap
organisasi bisa mengalami suatu kondisi ketidakberdayaan pada tingkatan
tertentu, dan karenanya mencoba mempertahankanstatus quo. Perubahan memang
membutuhkan upaya, bahkan seringkali upaya yang sangat serius, dan kelelahan
pun bisa terjadi.
Penanggulangan
penolakan terhadap perubahan :
1. Pendidikan
dan komunikasi
Salah
satu cara untuk menanggulangi penolakan terhadap perubahan adalah sedini
mungkin menginformasikan perubahan-perubahan yang telah direncanakan dengan
alasan logis.
2. Partisipasi
dan keterlibatan
Penolakan
ini dapat dikurangi atau dihilangkan bila mereka yang potensial dilibatkan
dalam perancangan dan implementasi perubahan.
3. Kemudahan
dan dukungan
Cara
lainnya adalah manajer memberikan kemudahan dan dukungan kepada mereka yang
terlibat dalam proses perubahan.
4. Negosiasi
dan persetujuan
Contohnya
persetujuan serikat, memberikan kenaikan pesangon pensiun karyawan sebagai
pertukaran dengan penghentian kerja yang lebih dini.
5. Manipulasi
dan bekerja sama
Dilakukan
dengan memanipulasi kejadian-kejadian yang ada melalui pemberitaan informasi
secara selektif atau urutan kejadian dengan sengaja. Bisa juga bekerja sama
dengan orang kunci dalam suatu kelompok dalam pemberian perancangan proses
perubahan.
6. Paksaan
implisit dan eksplisit
Dilakukan
dengan ancaman PHK, penundaan promosi dan lain sebagainya, bisa juga
memindahkan ke ladang yang kering.
No comments:
Post a Comment